I’m only happy when I’m with you.
Home for me is where you are.
I try to smile and push on through.
But home for me is where you are
Aku menyebutmu rumah, bukan tempat singgah. Kamu menyamankan, mengamankan dan menyenangkan. Kamu adalah alasan dibalik segala kepulanganku. Melewati malam-malam sulit, dengan menemukanmu ada disana saja sudah meringkankan bebanku meski hanya sedikit. Menghabiskan berjam-jam dalam diam atau percakapan yang tak kenal pemberhentian adalah beberapa hal-hal yang tak pernah bisa kutolak darimu.
Terlalu tinggikah jika bahagia yang paling sederhana buatku itu kamu? Terlalu egoiskah jika aku hanya ingin kamu, bukan yang lain?
Karena di dekatmu, kesedihanku tidur dengan lelap. Di ninabobokan oleh rasa nyaman yang terlalu sulit kugambarkan. Senyummu, sudah memasuki dosis manis yang paling kritis. Aku terlalu suka dan tak bisa kucegah untuk bersikap lebih biasa dari biasanya. Perlakuanmu, dengan magis mengubah tangis jadi tawa paling manis. Semakin hari, semakin aku dibuatmu jatuh cinta. Aku terlalu bahagia. Sampai lupa mempertanyakan satu hal yang paling fatal membuat segala luka jadi kekal.
Termasuk apakah aku buatmu?
Rumah ataukah tempat singgah?
Karena aku terlalu takut, bukan hanya aku saja yang mencicipi manis yang kau ciptakan. Karena aku terlalu takut untuk terburu-buru menetapkan hati pada yang sebenarnya menganggapku dengan setengah hati. Jika nanti ada jarak yang menggagalkan kita untuk bersama, bolehkah aku tetap memanggilmu rumah? Tempat ketetapan kemana hati ini menetap. Tempat kemana aku mengirimkan rindu meski jauhnya jarak memisahkan.
Dan tempat kemana hati yang lelah ini ingin selalu pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar