When I
was just a little girl,
(Saat aku menjadi gadis kecil)
I asked my mother, "What will I be?
I asked my mother, "What will I be?
(Aku bertanya pada ibuku, aku akan
menjadi apa?)
Will I be pretty?
Will I be pretty?
(Akankah aku menjadi cantik?)
Will I be rich?"
Will I be rich?"
(Akankah aku menjadi kaya?)
Here's what she said to me:
Here's what she said to me:
(Inilah yang dia katakan padaku)
"Que sera, sera,
Whatever will be, will be;
"Que sera, sera,
Whatever will be, will be;
(Apapun yang terjadi nanti)
The future's not ours to see.
The future's not ours to see.
(Masa depan tidak untuk kita lihat)
Que sera, sera,
What will be, will be."
Que sera, sera,
What will be, will be."
(Apa yang terjadi, terjadilah)
When I was just a child in school,
(Saat aku
masih bersekolah)
I asked my teacher, "What will I try?
I asked my teacher, "What will I try?
(Aku bertanya pada guruku, apa yang
akan kupelajari?)
Should I paint pictures?
Should I paint pictures?
(Apakah aku akan melukis?)
Should I sing songs?"
Should I sing songs?"
(Apakah aku akan bernyanyi?)
This was her wise reply:
This was her wise reply:
(Inilah jawaban bijaknya)
"Que sera, sera,
Whatever will be, will be;
"Que sera, sera,
Whatever will be, will be;
(Apapun yang terjadi nanti)
The future's not ours to see.
The future's not ours to see.
(Masa depan tidak untuk kita lihat)
Que sera, sera,
What will be, will be."
Que sera, sera,
What will be, will be."
(Apa yang terjadi, terjadilah)
When I grew up and fell in love,
(Saat aku
tumbuh dewasa dan jatuh cinta)
I asked my sweetheart, "What lies ahead?
I asked my sweetheart, "What lies ahead?
(Aku bertanya pada jantung
hatiku, apa yang terbentang di depan?)
Will we have rainbows
Will we have rainbows
(Akankah kita memiliki pelangi)
Day after day?"
Day after day?"
(hari demi hari?)
Here's what my sweetheart said:
Here's what my sweetheart said:
(Inilah yang jantung hatiku katakan)
"Que sera, sera,
Whatever will be, will be;
"Que sera, sera,
Whatever will be, will be;
(Apapun yang terjadi nanti)
The future's not ours to see.
The future's not ours to see.
(Masa depan tidak untuk kita lihat)
Que sera, sera,
What will be, will be."
Que sera, sera,
What will be, will be."
(Apa yang terjadi, terjadilah)
Now I have children of my own.(Sekarang aku punya anak sendiri)
They ask their mother, "What will I be?
(Mereka bertanya pada ibu, aku akan menjadi apa?)
Will I be handsome?
(Akankah aku menjadi tampan?)
Will I be rich?"
(Akankah aku menjadi kaya?)
I tell them tenderly:
(Aku memberitahu mereka dengan lembut)
"Que sera, sera,
Whatever will be, will be;
(Apapun yang terjadi nanti)
The future's not ours to see.
(Masa depan tidak untuk kita lihat)
Que sera, sera,
What will be, will be.
(Apa yang terjadi, terjadilah)
Que sera, sera
Saya
terharu setiap kali melihat cuplikan video “que sera sera” yang
dinyanyikan oleh sekelompok anak kecil di salah satu televisi swasta.
Mereka membawakan lagu ini dengan penghayatan, sehingga setiap kata-
kata dalam lagu ini begitu menusuk hati. Saat saya merenungkan makna
lagu ini, ada hal penting yang dapat dijadikan nasihat dalam lirik lagu
tersebut. Lagu ini pun sebenarnya lahir dari kisah nyata penyanyinya.
Que
sera sera memiliki arti apapun yang terjadi terjadilah. Paling tidak
ada dua makna penting yang tersirat dari makna que sera sera tersebut.
Dua makna tersebut menurut saya paradoks, tinggal bagaimana kita
menghayati bagaimana makna ini “sebenarnya”. Pertama, apa pun terjadi
terjadilah, sekilas seperti manusia yang sedang pasrah akan nasib yang
menimpanya. Pasrah akan kondisi yang menyedihkan menimpa hidup. Kedua,
lagu ini mengajarkan kita arti sebuah penyerahan diri kepada sang
Pemilik hidup tentang kehidupan kita yang belum dan tidak kita ketahui.
Dalam lirik- lirik lagunya, berkisah tentang anak kecil yang bertanya
kepada ibunya tentang apa yang terjadi di masa depannya. Jika dikaitkan
makna pertama, jika kondisi anak tersebut kurang beruntung maka sang ibu
yang “pasrah” akan mengatakan apapun yang terjadi terjadilah. Artinya
sang ibu akan berkata kepada anaknya, “nak kita miskin jadi tidak akan
mungkin nasib kita berubah”. Namun, jika kita implikasikan dengan makna
kedua, ibu yang tersebut bisa saja mengatakan kepada anaknya, “nak, masa
depan urusan Tuhan yang bisa kita lakukan sekarang lakukanlah”. Dua hal
yang berbanding terbalik bukan?. Si ibu pada kasus pertama mengajarkan
kepada anaknya untuk tidak berbuat banyak (pesimis) bahkan tidak percaya
Tuhan sedangkan ibu pada kasus kedua mengajarkan kepada anaknya untuk
menyerahkan masa depannya kepada Sang Khalik dengan berusaha apa yang
bisa dilakukan sekarang.
Dua
kasus yang berbanding terbalik diatas memang terjadi dalam kehidupan
yang penuh intrik dan misteri ini. Bagaimana respon kita akan kondisi
atau nasib yang kurang beruntung? Apakah kita lebih sering mengeluh atau
bersyukur kepada Pencipta langit dan bumi?. Ingatlah, setiap kita pasti
akan mengalami fase kehidupan yang baik dan tidak baik meskipun
kadarnya berbeda- beda. Kita dilahirkan kurang berada dan berada itu
adalah misteri Ilahi. Namun dibalik misteri itu, satu hal yang harus
kita percaya bahwa keberadaan kita di dunia adalah sementara, yang
paling utama dalam hidup manusia adalah kehidupannya setelah kematian.
Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi esok, satu tahun bahkan
kematian kita. Yang hanya bisa kita lakukan adalah melakukan apa yang
bisa dilakukan dan hasilnya diserahkan kepada sang pemilik hidup. Hidup
ini indah jika kita hidup sesuai kehendak-Nya baik kita berada maupun
tidak berada. Apapun yang terjadi terjadilah karena hidup ini anugerah.
Caiyooo~ :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar