Selasa, 12 Februari 2013

#DuaBelas

Seseorang yang sering buatku merindu
Terpaku hingga kelu memandang fotomu
Mengingatkanku pada senyummu
Dan kata pengingat sebelum tidurku

Yang kadang mengganggu tidurku
Dengan cerita dan ocehan harimu
Hingga aku berpikir dalam otakku
Sungguh berwarna nian kehidupanmu

Maafmu membuyarkan alpa-ku
Tatapmu meneduhkan galauku
Genggammu menenangkan aku
Katamu menjadikan tegarku

Dua Belas Dan Semakin Bertumbuh  :)
#12-12-12 > #12-02-13

Selasa, 05 Februari 2013

Bla-Bla-Bla


Aku menikmati banyak masa yang terbuang cuma untuk berdiskusi hal-hal tidak penting, yang sepertinya bakalan lebih seru jika kau perdebatkan dengan orang selain aku. Aku nikmati dengan sangat biasa, aku anggap kau seorang yang tak aku kenal yang bertanya macam-macam, hal-hal biasa yang jadi menarik karena kau yang bertanya-aku yang menjawab-kau menyangkal-dan aku tak mau kalah.

Aku tahu kau bohong saat kau bilang kau sudah tahu sepenggal sajak itu sejak umurmu dua tahun. Bodoh sekali kau kalau kau kira aku menelan mentah-mentah semua yang kau omongkan. Atau saat kau mengajakku berbicara dengan bahasa lain yang aku tak punya banyak perbendaharaan kata untuk menjawabmu. Songong.

Aku kemarin dulu mungkin kesal, sampai-sampai aku tak pernah lagi memanggilmu dengan embel-embel lain selain namamu. Satu kata, namamu saja. Tidak sopan kata temanku. Biarkan saja, toh kau juga tak memperdulikan hal itu sama sekali. Aku jadi ingat terakhir kemarin, kau mengucap namaku ragu-ragu. Aku senang-senang saja. Dan sekarang, aku ternyata harus memanggilmu dengan embel-embel seperti teman-temanku memanggilmu. Huft, aku takseberani yang aku kira. Haha..

Kau mau menyangsikan aku tak tahu apalagi sekarang? Berani benar kau bilang aku tak tahu lagu itu. Padahal jelas-jelas aku punya, meski aku baru memutarnya satu kali, mungkin. haha. Dasar. Coba lagu yang lain dari musisi yang sama, tau gak kau? Tanyamu. Songong lagi. Tapi aku suka bagianmu yang ini.

Kau pernah menulis banyak hal. Kau pernah berucap banyak hal, yang tak tau mungkin banyak omong kosongnya juga. Ups..

“Aku tak lebih pintar darimu. Tapi aku tahu banyak hal yang tidak kamu tahu. ”

Aku suka bagianmu yang itu.
^^
Aku masih piawai menulis masa lalu kan, aku ingat, semuanya.
Poetra Koedoes

Pretend(ed)

Petang itu kembali aku terjebak dalam kubangan hujan berulang. Satu hujan yang datang bersama ribuan temannya, membawakan basah di raga pun di rasa. Membawaku berhenti menyibak jalanan basah dan menanti reda. Berbaur dengan beberapa objek yang sepertinya tidak sekedar menantikan reda, tapi juga menikmati teh, menikmati kopi, menikmati musik, dan menikmati ritual obrolan mereka, tak memperdulikan entah di luar hujan entah tidak.

Aku sendiri menikmati atmosfer yang kuanggap asing, bukan karena aku tersesat di sini, karena sebelumnya aku sama sekali tak berencana menyambangi tempat ini. Semuanya karena hujan.

Mendadak indera dengarku menangkap dengar nada dering gitar klasik dari laki-laki di meja sebelah, serupa nadamu, tapi bukan kamu yang di sini.
Sedetik kemudian, netraku tersangkut pada pengunjung lain yang menyambangi temannya, dia berambut sangat ikal dan tak begitu hitam, nyaris serupa, tapi bukan kamu. Di sisi lain ada objek yang menggariskan senyum dengan guratan-guratan serupa punyamu, tapi itu juga bukan kamu.

Kutarik dalam-dalam wajahku, lari dari banyak sketsa yang dibentuk netra, kembali kudengar sayup-sayup suara, membicarakan opera, pementasan, drama, sastra.. serupa bahasanmu, tapi di sana tidak ada dirimu.

Lalu kudengar lagi, banyak suara yang memperdebatkan situs di dunia maya, ah sepertinya kemarin kau pernah memperdebatkannya juga.

Aku tak bersamamu, aku tak pernah benar-benar bersamamu, tapi entah karena jimat punya siapa sehingga selalu saja terbangun interaksi yang  melibatkanku, melibatkanmu. Anggap saja petang itu hujan yang membelahmu menjadi bermacam-macam rupa, menemaniku menunggu reda. Untukku tela’ah, seberapa dalam artimu dalam belahan rupa-rupa hujan.

Aku tahu sekali apa itu arti semu, aku menemukan maknanya benar-benar karena sekali lagi aku melibatkanmu.

Aku menanti reda, kemudian pergi dari tempat yang membelahmu menjadi berupa-rupa ini.
Berharap menemukanmu di depan pintu…